Citra (analog), ditinjau dari sudut
pandang matematis, mempunyai pengertian fungsi yang kontinu dari
intensitas cahaya pada bidang 2 dimensi. Sedangkan, citra digital adalah citra
yang ditangkap kamera dan telah mengalami proses kuantisasi dalam bentuk
diskrit (digitalisasi). Proses scanning merupakan salah satu
proses konversi dari citra analog ke citra digital. Pada citra digital,
pengolahan dilakukan titik demi titik diskrit atau biasa kita kenal dengan
istilah piksel per piksel. Pada piksel-piksel tersebut kita isikan sebuah
warna. Warna adalah elemen
terpenting dalam desain grafis. Warna menjadi indikator pembeda antara satu
objek dengan yang lain. Maka
dari itu pengolahan warna pada pengolahan citra digital menjadi sesuatu yang sangat
mendasar. Pengolahan warna sendiri mempunyai tiga komponen dasar, yaitu color
model, color conversion, dan color quantization.
2. Color Model
Color model atau pemodelan warna adalah
sebuah pemodelan matematika abstrak yang menggambarkan warna dengan cara
merepresentasikannya sebagai tupel dari angka. Ada beberapa pemodelan warna
yang digunakan untuk melakukan digitalisasi citra, yaitu :
RGB
Suatu
warna tertentu akan didefinisikan sebagai penggabungan 3 warna dasar dengan
intensitas tertentu pada setiap warna dasarnya. Warna dasar dari color model
RGB adalah merah (red), hijau (green) dan biru (blue). Pemodelan warna RGB
merupakan pemodelan terbaik dalam grafika komputer karena mirip dengan
visualisasi yang dilakukan mata. Kelebihan dari pemodelan warna ini adalah
citra tampak nyata seperti aslinya.
CMYK
Pemodelan
warna yang mengacu 4 warna pada tinta percetakan yang biasanya digunakan. Yaitu
warna cyan, magenta, yellow (kuning) dan key (hitam). Warna hitam
disini berfungsi untuk mengatur kontras atau kecerahan suatu warna. Warna CMY
merupakan warna-warna secondary dari warna-warna primary RGB.
Cyan merupakan secondary dari warna hijau dan biru. Magenta merupakan secondary
dari warna merah dan biru. Sedangkan kuning adalah secondary dari warna
merah dan hijau. Kelebihan pemodelan warna ini adalah kemiripannya dengan tinta
yang tersedia untuk mencetak citra, yaitu cyan, magenta, yellow (kuning) dan
key (hitam).
YIQ
Pemodelan
warna pada sistem televisi berwarna. Y menunjukan komponen luma, sedangkan I
dan Q menunjukan komponen chroma. Kelebihan pemodelan warna ini adalah mirip
dengan warna yang dihasilkan oleh gelombang. Sehingga sangat cocok untuk sistem
televisi.
YCbCr
Pemodelan
warna yang digunakan oleh sistem fotografi digital. Pemodelan warna YCbCr bukan
pemodelan warna utama, namun merupakan cara pengkodean informasi RGB. Y
menunjukan komponen luma, Cb menunjukan perbedaan biru dan Cr menunjukan
perbedaan merah pada chroma.
xvYCC
Pemodelan
warna yang digunakan oleh video elektronik. Mekanisme yang digunakan sama
dengan pada YCbCr.
HSL/HSV
Keduanya
adalah pemodelan paling umum dari pemodelan warna RGB. Biasanya digunakan oleh
aplikasi visual pada komputer.
Pemodelan
warna ini mempunyai beberapa komponen, yaitu :
-
Hue : pemodelan pencampuran warna dari merah, kuning, hijau
biru.
-
Intensity, radiance : intensitas cahaya yang dierima suatu
wilayah.
-
Luminance (Y) : pencahayaan relatif atau tergantung dari
arah pandang / arah datangnya cahaya.
-
Brightness : kecerahan.
-
Lightness : kecerahan relative
-
Colorfullness : sensasi visual karena komponen warna yang
terbatas.
Kelebihan
pemodelan warna ini adalah sangat mirip dengan RGB sehingga mirip dengan
aslinya. Namun, punya komponen yang lebih kompleks dari RGB. Sehingga semakin
menyerupai aslinya.
2.
Color Conversion
Color conversion / tranformasi warna adalah
transformasi sebuah warna dari satu color
model ke color model
yang lain yang akan menghasilkan citra baru.
3.
Color Quantization
Color quantization / kuantitasi warna adalah suatu
proses pengurangan jumlah warna yang berbeda yang digunakan dalam sebuah citra
sehingga menghasilkan citra baru.
Teknik
yang paling standar adalah dengan cara memperlakukan kuantisasi warna sama
seperti point clustering pada ruang tiga dimensi. Semua algoritma
clustering pada tiga dimensi dapat digunakan untuk kuantisasi warna. Algoritma
yang paling popular diciptakan oleh Paul Heckbert (1980). Algoritma tersebut
disebut the median cut algorithm. Median
cut algorithm adalah algoritma untuk mengurutkan data data
sejumlah dimensi dalam seri set dan memotong masing-masing set data pada titik
tengahnya.
Kesimpulan
Segmentasi warna berdasarkan deteksi
warna HSV merupakan proses segmentasi terkontrol dengan filter warna HSV.
Filter warna HSV akan memisahkan warna tertentu sesuai dengan warna acuan dan
nilai toleransi tiap elemen warna HSV. Kontrol pengguna melalui sampel warna
dan toleransi warna yang menjadi acuan filter sehingga dapat diperoleh segmen
dengan warna yang sesuai. Hasil segmentasi warna berdasarkan deteksi warna HSV
sangat dipengaruhi oleh sampel warna dan nilai toleransi warna yang menjadi
acuan proses segmentasi. Pencahayaan, letak, tekstur dan kontur benda atau
latar belakang citra akan sangat mempengaruhi hasil segmentasi dan deteksi
objek.
No comments:
Post a Comment